- Monday, January 18, 2010, 21:33
- Buku Muhammad Maulana
- Add a comment
Lepas sebagai ‘korban’ nazar sang ayah, Abdullah tumbuh menjadi pemuda gagah, baik hati, cerdas dan berkribadian kuat. Konon, dari wajahnya terpantul cahaya yang menyimpan makna besar. Kendati hal ini masih diperdebatkan namun charisma yang terpancar dalam diri Abdullah telah menjadikannya sebagai pemuda Quraisy yang paling didamba oleh para gadis dan para orangtua yang ingin mencarikan jodoh anaknya. Namun tak bisa dipungkiri, kedudukan sang ayah, Abdul Muthalib yang menjadi pemimpin kaum Quraisy, amat menggoda dan berperan penting dalam hal ini. Ditambah lagi fakta bahwa diantara 10 anak laki-laki Abdul Muthalib, hanya Abdullah yang terlihat jelas mewarisi talenta kepemimpinan Abdul Muthalib. Kendati sebagai anak, gelar itu tidak serta merta akan jatuh pada Abdullah. Masih perlu pembuktian bahwa Abdullah adalah anggota suku yang terbaik sehingga ia layak menjadi pemimpin.
Namun memang tanda-tanda bahwa Abdullah akan menjadi pemimpin besar, telah terlihat sejak ia kecil. Ibunda Abdullah bernama Fathimah binti ‘Amr bin ‘Aidz bin ‘Imran bin Makhzum bin Yaqzhzh bin Murrah. Dan Allah SWT telah menggariskan jodoh amat sepadan baginya, Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah.
Aminah, konon pula dikenal sebagai gadis menawan yang berhati lembut dan peka. Sejarah mencatat bahwa nasab Aminah adalah sebuah nasab yang bersih lagi terpelihara.
Pada saat pertama ia tahu akan diperistri Abdullah, saat itu pulalah telah tumbuh cinta dalam dirinya. Padahal keduanya belum pernah bertemu ataupun bertutur kata. Namun reputasi Abdullah telah dikenal seantero negeri. Siapakah perempuan yang tak pernah bermimpi menjadi istri Abdullah?
Pinangan Abdul Muthalib untuk Aminah dirasakan Aminah bagaikan bintang jatuh. Bagi Wahab bin Abdi Manaf Bin Zuhrah sendiri, selain Abdullah adalah pemuda sopan dan baik budi, berbesan dengan Bani Hasyim adalah kehormatan besar yang tiada tara… Karena kedudukan Abdul Muthalib sebagai pemimpin kaum Quraisy, orang terpandang di tanah Arab, penguasa Kabah, rumah Tuhan yang mulia. Menjadi satu dengan keluarga Abdul Muthalib adalah sama dengan mengangkat harkat dan kedudukan keluarga Wahab.
Akhirnya pernikahan paling sempurna di alam dua dimensi ini terjadilah. Betapa berbahagia kedua mempelai. Kendati keduanya belum pernah bersua, namun Allah telah menitipkan rasa cinta diantara mereka. Cinta antara dua mahkluk berbeda jenis yang terikat dalam satu ikatan suci. Cinta indah yang menggelora dan membuai keduanya. Betapa manis dan indahnya hidup ketika cinta membungkus hati. Rasa bahagia membuncah di hati kedua pengantin baru itu. Kebahagiaan yang senantiasa melahirkan kebaikan kebaikan bagi orang-orang sekelilingnya. Maha Cinta Allah yang telah mempersilahkan keduanya untuk saling mencintai, sehingga kebahagiaan dan kebaikan selalu terpancar dari kalbu mereka. Karena, sungguh, dari pertemuan nasab Aminah dan Abdullah pula, akan lahir kafilah terakhir dan termulia. Muhammad Rasulullah.
Rasa cinta kasih yang semakin hari semakin besar membuat Aminah dan Abdullah begitu berbahagia. Seakan mereka enggan berpisah, walau sedetik jua. Maha Suci Allah yang telah menanamkan rasa cinta di hati keduanya.
Karena situasi psikologis seperti ini penting bagi mahkluk hidup yang berakal ketika mereka ingin berkembang biak. Dan Allah menginginkan Muhammad lahir dari benih yang sempurna,
Karena kelak, Muhammad harus memanggul beban yang amat berat dalam menjalankan risalahnya.
Limabelas abad kemudian, ilmu pengetahuan tepatnya Ilmu Psikologi Klinis membuktikan bahwa rasa bahagia memberi dampak fisiologis yang luar biasa bagi manusia. Profesor Lee S. Berk, dari School of medicine and Public Health di loma Linda University, California, menemukan bahwa kebahagiaan mampu menambah jumlah dan kualitas sel-sel imun, yang bertugas untuk menyerang dan membersihkan antigen (mahkluk ‘alien’ yang dapat merusak tubuh kita), menyerang tumor atau sel-sel yang terkena infeksi virus. Menurunkan kortisol dan dengan begitu mengurangi bahaya stress. Kortisol adalah sejenis hormone katabolis yang ‘membakar dan melindungi’ – menggunakan energi tubuh kita untuk melindungi diri kita dari ancaman. Bila kortisol diproduksi pada waktu yang lama, ia dapat menghancurkan tubuh kita. Inilah hormone yang keluar ketika kita menderita stress. Rasa bahagia juga menaikkan endorphin, endogenous morphin, morfin yang diproduksi pabrik farmasi dalam tubuh kita. Berguna untuk menghilangkan rasa sakit dan menjadi obat penenang. Menambah konsentrasi IgA, zat yang berada di barisan paling depan untuk melawan infeksi pernafasan bagian atas (Upper respiratory infection, URI).
Penelitian Ilmu Kedokteran menunjukkan, hingga berabad-abad kemudian ternyata situasi emosional pasien sangat mempengaruhi perkembangan kesehatan fisiknya.
Inilah rahasia besar dari Tuhan ketika memulai ciptaanNya dari rasa bahagia sepasang insan. Kebahagiaan ternyata menjadikan tubuh sehat dan kebal. Dalam situasi psikologis seperti inilah Tuhan memulai penciptaanNya. Di rahim Aminah, mulai terbuahi satu sel kehidupan yang kelak akan menjadi Kekasih Allah dan tuntunan umat manusia.
Namun, layaknya ibu muda, Aminah tidak sadar kalau dirinya hamil. Ketika saatnya tiba bagi Abdullah untuk pergi berdagang, Aminah pun belum menyadari jika telah mengandung. Begitulah, sebagaimana para pemuda Arab lainnya, sesuai adat kebiasaan mereka, Abdullah harus pergi berdagang mencari nafkah untuk keluarganya. Keahlian Abdullah memang dalam hal perdagangan. Seperti keluarga-keluarganya yang juga dikenal sebagai pedagang handal. Kendati Abdullah anak pemimpin Quraisy, itu tidak berarti ia cukup berpangku tangan, menunggu rizki orangtuanya.
Tidak mungkin seorang Quraisy tidak bekerja, karena kehormatan mereka terletak pada kegigihannya bekerja mencari nafkah. Masyarakat Arab pada saat itu sangat membenci orang-orang yang malas dan hanya bersantai-santai di Mekah. Kendati mereka juga gemar bersenang-senang sambil meminum arak, namun itu semua dilakukan bila pekerjaan dagang mereka telah usai.
Itulah sebabnya meski baru beberapa bulan menjadi pengantin baru, Abdullah harus pergi berdagang ke negeri Syambersama beberapa kelompok pedagang Quraisy lainnya dalam satu kafilah besar. Pada saat itulah kehamilan Aminah berusia kira-kira dua bulan. Namun ia tetap tidak menyadarinya. Pengantin baru itu pun harus berpisah dengan cepat karena Abdullah harus bekerja. Aminah melepas kepergian Abdullah dengan hati yang berat. Terasa ada getaran getaran halus yang menyentak dalam dadanya. Melahirkan kepiluan yang tak sanggup diutarakan Aminah. Pun sebaliknya, Abdullah serasa enggan berpisah walau sekejap saja. Perpisahan sementara itu terasa sulit bagi sepasang pengantin baru yang begitu saling mencintai.
Namun tak seorang pun menyangka, bahwa kepergian sementara itu adalah selamanya. Sebuah takdir yang amat memilukan tengah dirajut Sang Pemilik Kehidupan untuk dipersembahkan kepada manusia-manusia pilihanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar