“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari makanan yang baik-baik yang Kami rezekikan kepada kalian, dan bersyukurlah kepada Allah jika bernar-benar kepada-Nya kalian beribadah.”
(QS. Al-Baqarah: 172)
Sejatinya segala hal yang menopang kehidupan manusia adalah karunia dan rezeki dari Allah, agar dipergunakan oleh manusia untuk beribadah dan bersyukur kepada-Nya. Udara yang kita hirup adalah karunia-Nya, makanan dengan berbagai jenisnya adalah rezeki-Nya. Pun dari berbagai jenis makanan itu, dengan kemurahan-Nya, kasih dan sayang-Nya, sebagaian kecil saja yang Allah haramkan. Jika Allah mengharamkan mestilah karena ia membawa keburukan bagi kehidupan kita, tidak saja di dunia, tapi juga di akhirat sana. Jadi, dengan aturan halal-haram itu Allah tidak hendak mempersempit dan mempersulit kaum mukminin. (QS. Al-Baqarah: 172)
Keutamaan
Mencukupkan diri dari makanan yang halal, dan menjaga diri dari yang haram adalah sunnah para rasul. Dan mencontoh mereka adalah suatu kemuliaan.
Allah l berfirman,
“Wahai para rasul, makanlah kalian dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih."
(QS. Al-Mukminun:51)
Dalam ayat ini juga mengisyaratkan bahwa memakan yang halal akan membantu kita untuk bisa melakukan kebajikan/amal shalih. Karenanya jika kita ingin memilki semangat kuat, ingin menjadi manusia yang produktif, hendaknya kita memperhatikan makanan yang kita makan. (QS. Al-Mukminun:51)
Makanan yang halal juga akan memelihara kesehatan raga dan jiwa sekaligus, mepertajam fikiran dan melapangkan dada. Ibnu Qayyim t menjelaskan bahwa makanan yang halal dan baik akan menyehatkan badan dan membuahkan perangai/akhlak yang terpuji, sebagai indikasi atas sehatnya hati. Ia akan membuahkan amal shalih, karena hati yang baik akan melahirkan kebaikan-kebaikan. Karena Rasulullah n adalah orang yang paling bisa menjaga makanannya, maka beliau adalah manusia yang paling mulia akhlaknya, paling indah perangainya.
"Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung."
(QS. Al-Qalam: 4)
Keutamaan lainnya, makanan yang halal dan baik akan menjadikan doa mudah dikabulkan oleh Allah Allah. Ibnu Abbas h menceritakan, "Saya membaca ayat, (QS. Al-Qalam: 4)
di hadapan Rasulullah n, tiba-tiba Sa’d berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah mohonkanlah kepada Allah agar Dia menjadikan aku orang yang mustajab doanya."
Rasulullah n bersabda, “Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu, makanlah dari makanan yang baik-baik, niscaya kamu akan menjadi orang yang mustajab doanya.” (HR. Ath-Thabarani)
Memakan yang halal adalah jalan keselamatan, seperti yang dikatakan oleh Sahl bin Abdillah, "Keselamatan itu ada pada tiga hal; memakan yang halal, melaksanakan kewajiban, dan mengikuti sunnah Nabi n."
Ia juga pertanda kesempunaan akal dan ilmu seseorang. Said bin Yazid mengatakan, "Kesempurnaan ilmu ada pada lima hal; mengenal Allah, mengenal kebenaran, ikhlas karena Allah, mengikuti sunnah, dan makan dari yang halal. Jika salah satu dari lima hal itu tidak ada, maka amal yang dibangin diatasnya tidak akan diterima oleh Allah."
Pengaruh Buruk Makanan Haram
Ada hubungan yang sangat erat antara apa yang kita usahakan, baik maupun buruknya. Sebagaimana kebaikan secara umum akan membawa dampak positif terhadap jiwa dan raga kita. Demikian pula mengosumsi sesuatu yang haram juga akan membawa pengaruh buruk baik terhadap jiwa maupun raga kita.
Makanan dan minuman yang haram, -baik haram dzatnya atau pun haram disebabkan cara mendapatkannya-, akan melemahkan fisik, medatangkan penyakit dan berpengaruh buruk terhadap jiwa, berupa perangai dan akhlak yang tercela. Minumankeras/Narkoba diharamkan oleh Islam, karena mengundang berbagai penyakit fisik, merusak akal, dan menimbulkan permusuhan. Bahkan tidak jarang pembunuhan terjadi disebabkan oleh minumankeras.
Lebih dari Bahkan makanan, minuman, dan pakaian yang haram bisa menyebabkan tertolaknya amal ibadah. Orang yang besedekah dengan harta yang dirampas dari orang lain, berhaji dengan harta dari bunga bank adalah contohnya. Allah Mahabaik dan tidak akan menerima kecuali yang baik-baik, “Sesungguhnya Allah itu Maha baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim)
Allah berfirman,
"Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram."
(QS. Al-Mâidah: 41-42)
Dampak lainnya, makanan/minuman haram menghalangi terkabulnya doa. Rasulullah n bersabda,(QS. Al-Mâidah: 41-42)
“…Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kalian dari makanan yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu beribadah.” Kemudian Nabi n menyebutkan perihal seorang laki-laki yang rambutnya kusut musai rambutnya, berdebu kedua kakinya karena melakukan perjalanan jauh. Orang tersebut mengangkat kedua tangannya ke langit seraya memohon, ”Ya Rabb, ya Rabb.” Sementara makanannya haram, pakaiannya haram, dan diberi gizi dari yang haram, lalu bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim)
Mengonsumsi makanan yang haram tidak saja berdampak buruk bagi individu, tapi juga masyarakat. Masyarakat yang tidak mengindahkan aturan agama, halal dan haramnya, akan menjadi masyarakat rendah, rendah akhlaknya, dijangkiti berbagai penyakit sosial, seperti menipu, korupsi, saling hasad, iri, dengki dan saling menzalimi. Oleh karena itu setan menjadikan 'makanan yang haram' sebagai jalan menjemuskan kaum beriman, sebab itu setelah menyebutkan perkara yang diharamkan Allah l mengingatkan, "…Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian." (QS. al-Baqarah: 168)
Kesalahan di dunia masih bisa diperbaiki, bertaubat dengan setulus hati. Akan tetapi daging yang tumbuh dari makanan yang haram di akhirat akan disepuh di dalam neraka, karena tidak akan masuk jannah kecuali jiwa dan raga yang bersih. Dalam hadits Sa'd Rasulullah n bersabda, "Siapa saja yang dagingnya tumbuh dari makanan yang haram dan riba, maka neraka lebih layak menjadi bagiannya." (HR. Thabrani)
Oleh sebab itu bagi seorang muslim menjaga makanan dan minuman agar bersih dari unsur yang haram menjadi sebuah kewajiban. Masing-masing kita hendaknya teliti dan waspada, terlebih di zaman yang di dominasi oleh arus syahawat dan syubhat. Orang yang berpegang pada norma agama dianggap hanya akan mendatangkan kerugian. Sementara menipu, berdusta dianggap hal yang biasa, karena mendatangkan keuntungan ganda. Padahal itu hanyalah keuntungan yang akan berakhir petaka. Wallahua'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar